skip to main |
skip to sidebar
Latest Post
Cahaya
Bagaimana kau mengartikan cahaya,
lihat mereka duduk diam dan tertawa,
mereka hanya diam dan ketahuilah mereka diam metertawai diri mereka,
mereka ingin berteriak,
tapi mereka hanya bisa diam karena mereka "cahaya", dilahirkan untuk bercahaya bukan suara,
mereka cahaya, mereka menangis untuk memberi warna,
mereka bosan, tapi mereka tetap bercahaya.
mereka merasakan, tapi mereka hanya diam,
mereka dilahirkan untuk memberi warna, tapi mereka tidak merasakan warna,
mereka menjadi warna ditengah gelap,
waulpun sebenarnya mereka membenci diri mereka,
mereka tak pernah ingin menjadi cahaya,
karena mereka adalah gelap yang merindukan cahaya...
SuaraMu
SuaraMu Ingatkan Aku
Pada Hawa yg Temani Adam di Kegelepan
Perhatianmu Hanguskan Kemalasanku
Sosok Dewi yg selalu Temani aku dalam mimpi
Kuyakin itu Kamu....
Cinta SeJaTi,
Devita Indriyatin
Ribuan jalan tlah ku tempuh
Tuk menemukan sbuah
CINTA SEJATI
Ribuan suara tlah ku dengar
Tuk menemukan makna
CINTA SEJATI
Ribuan sajak tlah ku baca
Tuk menemukan hasrat
CINTA SEJATI
Ribuan drama tlah ku lihat
Tuk menemukan romansa
CINTA SEJATI
Ribuan ilmu tlah ku pelajari
Tuk mnemukan tujuan
CINTA SEJATI
Ribuan eksperimen tlah ku coba
Tuk menemukan kebenaran
CINTA SEJATI
Devita Indriyatin,
Senyum Rembulan
Ketika fajar menghilang
Saat itulah rembulan datang
Ketika matahari pulang
Saat itu juga bintang-bintang datang
Arloji menyanyi bersuara merdu
Detak jantung pun beradu
Rasa hati menyatu mengelilingi hati ku
Tak gentar melawan setiap detik waktu
Ku sandarkan tubuh pada jendela
Menatap gelap dinginnya malam
Tak sadar itu rasa cinta
Tertawa ringan tersenyum kelam
Aku melihat …
Melihat binar matamu
Aku mendengar ..
Mendengar suara dihimpit angin
Aku bergetar ..
Bergetar rindingan kulit ku
Aku melihat , mendengar dan bergetar
Saat rembulan tesenyum pada ku
Devita Indriyatin,
Tiada Cinta Antara Kita
Maafkan pikiranku yang senantiasa mengarah padamu
Maafkan hatiku yang selalu tertuju hanya bagimu
Maafkan kalbuku yang berselimutkan rindu untukmu
Maafkan rasaku yang terus bergemuruh tentangmu
.
Maafkan nadiku yang tak henti alirkan namamu
Maafkan nafasku yang tak bosan hembuskan bayangmu
Maafkan batinku yang kian hening membaca dirimu
Maafkan jiwaku yang tak lelah meraba gejolak hasratmu
.
Seandainya dulu aku tak pernah mengenalmu
Tak kan mungkin kau lukiskan kisahmu dalam kanvas hidupku
Untungnya persahabatan kita tulus murni tanpa asa
Dan memang Tuhan pisahkan raga kita agar tiada cinta
Devita Indriyatin,
Karena Sebuah Alasan
Kau seberkas cahaya
Selalu menerangi gelap hatiku
Karenamu aku bisa menikmati senyumku lagi
Satu rasa yang sempat hilang kini rasa itu bisa ku rasakan kembali
Banyak jalan yang dilewati rasa itu
Tapi semua jalan itu tertuju padamu
Apakah itu salah?
Kau membuatku selalu memikirkanmu
Hingga aku terlena dalam duniamu
Salahkah jika ku menjadi salah satu warna dalam duniamu?
Tak patutkah ku mengatakan kejujuran?
Karena satu alasan, kau telah mencuri kata ku
Hingga hanya denganmu aku menjadi sebait puisi yang utuh
Berbicara dari hati ke hati seperti Qais kepada Laila
Menemanimu untuk tiga hal yang kamu miliki
Kemarin, hari ini, dan hari-hari selanjutnya
Devita Indriyatin,
Kala Sapamu Membuai Rasa
Kalimatmu mengalir indah di tengah keheningan malam
Menyelusup dengan cumbu yang begitu lembut
Menyapa kalbu nan biru menahan setumpuk rindu
Sungguh, tiada waktu tanpa geliat bayangmu ….
.
Kalimatmu membelai raga yang mulai letih
Mengusap jiwa dengan jemari kasih
Menyentuhnya dengan kehalusan batin
Membuainya hingga ke dasar mimpi
Indahkan penghujung hari dengan ketentraman
Manjakan seluruh diri dengan kenyamanan
Sempurnakan rasa dengan segenap kebahagiaan
.
Kunikmati keselarasan jiwa dengan suara alam
Saat cahaya cinta menerangi walau mata tengah terpejam
Hingga ku terbangun oleh kumandang suara adzan
Dan kalimatmu kembali lantunkan sapa yang tertunda
Segarkan pikiran, senyumkan duka, ubah lara menjadi suka
Sambut sang surya dengan ceria, pahatkan asa menjadi nyata